Tari Bines Aceh

Sabtu, 27 Februari 2010


Kesenian budaya tari Bines ditarikan oleh para wanita dengan cara duduk berjajar sambil menyanyikan syair yang berisikan dakwah atau informasi pembangunan. Para penari melakukan gerakan dg perlahan kemudian berangsur-angsur menjadi cepat dan akhirnya berhenti seketika secara serentak.
sekilas tentang sejarah tentang asal mula kesenian tarian benis ini adalah seni tari yang lahir dari pengekangan terhadap norma-norma kehidupan. Pengekangan itu dilakukan seorang gadis yang bernama Ode Ni Malelang. Ia dihukum hingga meninggal. Ibunya meratap. Ratapan itulah awal lahirnya tarian bines. Menurut T Alibasyah Talsya dalam buku Aceh yang Kaya Budaya (1972) tarian bines dimainkan oleh beberapa orang gadis. Kisah awal dari lahirnya tarian ini bermula dari peristiwa yang penuh aib. Aib itu menimpa Ode Ni Malelang, yang terlanjur membuat meseum dengan seorang pemuda.

Ia kemudian didera dengan hukuman cambuk, karena tidak mampu menahan deraan tersebut, Ode Ani Malelang meninggal dan membuat ibunya meratapi kepergiannya.

Ibu si Ode Ni Malelang, sangat terpukul, dalam dukanya yang diliputi kesedihan dan perasaan malu akibat ulah anaknya, sang ibu meratap dan mengiba di depan orang banyak sambil berjalan selangkah demi selangkah mengelilingi mayat anaknya. Kesedihan sang ibu itu membuat orang-orang disekitarnya tersentuh, maka satu persatu sanak keluarga, para tetangga serta orang-orang yang turut bersedih di tempat itu. Merka terus mengikuti si ibu meratap sambil mengelilingi mayat si Ode Ni Malelang. Menurut Talsya, ratapan ibu saat mengelilingi mayat si Ode Ni Malelang itulah awal dari lahirnya tarian Bines.

Berawal dari kejadian itu, langkah para ibu mengelilingi mayat si Ode Ni Malelang kemudian menjadi sebuah tarian yang terus berkembang dengan berbagai perubahan, tarian yang kemudian dinamai bines. Ratpan para ibu diganti dengan syair-syair dan sajak-sajak kesedihan, yang berisikan nasehat-nasehat yang berguna dalam kehidupan masyarakat. Tarian bines dimulai denan ucapan Bismillah, para penarinya mengenakan pakaian khas daerah yang dilengkapi dengan berbagai asesoris, mulai dari bentuk sanggul yang dihiasi dengan bunga dan berbagai kembang. Dipinggang para penari diikat kain seperti kain batik. Sambil menari dan bergerak melingkar, para penari terus bersyair dan bersajak. Isi dari syair dan sajak tersebut menyinggung berbagai segi kehidupan. Selain dimainkan oleh para wanita, bines ada juga dimainkan oleh pria yang disebut Sining Bines. Gerak tari sining bines hampir seluruhnya sama dengan tarian bines, yaitu bergerak melingkar sambil bersyair. Dengan syair-syair tersebut para penonton diingatkan tentang hakikat hidup bermasyarakat yang harus tunduk pada hukum dan norma yang berlaku.

Dalam perkembanganya bines maupun sining bines mulai dimasukkan kisah-kisah lain dalam syairnya sesuai dengan tuntutan waktu dan maksud pengelarannya tanpa merubah bentuk aslinya yang sudah dikenal masyarakat. Yang membedakan bines dengan sining bines adalah hanyalah pada sining bines, para pria yang menari sambil bergerak melingkar, sesekali secara serentak menghentakkan kakinya ke lantai secara bervariasi dan berirama. Hentakan tersebut seolah-olah telah mengelamkan retapan daalm syairnya; ratapan yang menjadi asal mula lahirnya bines. Dengan hentakan kakinya tersebut seakan-akan para penari para penari mengingatkan penonton bahwa kededihan tidak selamanya harus dihadapi dengan air mata.

Wisata Budaya Lainnya:

* Tari Laweut
* Tari Likok Pulo
* Tari Pho
* Tari Ranup Lampuan
* Tari Rapai Geleng
* Tari Rateb Meuseukat
* Tari Ratoh Duek
* Tari Seudati
* Tari Tarek Pukat
* Tari Saman
* Tari Guel
* Tari Ula-ula Lembing
* Tari Mesekat
* Rumoh Aceh
* Rencong
* Didong (seni pertunjukan dari masyarakat Gayo)

0 comments:

Posting Komentar

Advertisement

 
 
 
 
Premium Blogger Themes by Putramahesa

Terimakasih Telah Mengunjungi Wisata Provinsi Aceh, jika ada kurang lebihnya saya mohon maaf